Eksistensi Budaya Lokal di Kalangan Remaja

       Budaya merupakan suatu hal pokok dari suatu wilayah/daerah dan merupakan salah satu jati diri atau penanda sekaligus menjadi ciri khas yang dimiliki oleh setiap daerah. Budaya  dapat juga diartikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. 


      Secara wujud, budaya dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) komponen yaitu, Kebudayaan yang bersifat material, kebudayaan yang bersifat estetis dan kebudayaan bahasa. Budaya yang bersifat material diantaranya seperti peninggalan bangunan-bangunan yang memiliki wujud dan bernilai sejarah. seperti peninggalan bangunan, gedung-gedung bersejarah, rumah adat dan lainnya. Budaya yang bersifat Estetis diantaranya ialah budaya yang bersifat seni atau keindahan yang terdiri dari seni tari, seni musik, hikayat atau cerita rakyat. Sedangkan budaya yang bersifat bahasa adalah budaya yang diwujudkan dalam bahasa atau komunikasi verbal yang mengandung unsur kedaerahan yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari.

       Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beragam, baik itu budaya yang bersifat material maupun estetis serta bersifat  bahasa, yang telah diwariskan secara turun temurun hingga saat ini. Namun, saat ini kekayaan budaya ini tidak dikelola secara baik dan maksimal. Baik itu dari kalangan pemerintah daerah maupun dari kalangan masyarakat sendiri terutama dari kalangan remaja. Saat ini, banyak kalangan remaja yang tidak mengetahui identitas dari daerahnya sendiri. Mereka seakan tak mengenali jati diri dari  budaya yang telah mengakar pada daerah yang menjadi tempatnya dilahirkan, dibesarkan dan hidup. 

      Pada waktu kecil dahulu kita mengenal banyak permainan tradisional dan kita sering kali juga turut memainkannya. Misalnya permainan tradisional yang ada di Provinsi Jambi yang sering saya mainkan sewaktu kecil,  seperti  permainan patok lele, engrang, congklak, balap karung, gangsing kayu dan permainan tradisi lainnya. Saat ini permainan tradisi tersebut semakin sulit ditemui terutama di kalangan anak-anak atau remaja. Padahal permainan tradisi itu tak kalah menariknya dengan permainan modern, permainan tradisi memiliki banyak kelebihan diantaranya, aktivitas permainan tradisi ini merupakan aktivitas langsung yang melibatkan fisik atau seluruh anggota tubuh yang dapat membuat seluruh tubuh bergerak dan seperti berolahraga sambil bermain. Selain itu, modal yang dibutuhkan untuk bermain permainan ini tidak membutuhkan biaya, kita hanya memanfaatkan semua bahan yang dibutuhkan dari alam dan interaksi sosial dalam permainan ini sangat besar dan bermanfaat. 


 Permainan Congklak

 Permainan Kengkek

       
      Sayang, permainan tradisi ini kian lama kian terpuruk tak banyak lagi kita temui saat ini, bahkan anak-anak  atau adik-adik kita sudah tak mengenal lagi apa itu permainan tradisi yang dimiliki daerahnya sendiri.  Kita terlalu sombong, hingga mengabaikan kekayaan tradisi yang kita miliki. Namun, di saat ada pihak yang mengklaim salah satu budaya daerah kita, kita baru mulai mengakui bahwa kita memiliki budaya tersebut. Ini aneh, kita yang selama ini cenderung mengabaikan, tapi tiba-tiba ada pihak yang mengakui dan tetap terus memelihara budaya tersebut kita semua heboh dan tidak menerima hal tersebut.



Beberapa permainan tradisional yang terancam punah
"Kita ini kaya dan kita terlalu sombong  hingga mengabaikan kekayaan yang kita miliki. Di saat ada pihak yang mengklaim salah satu budaya daerah. Kita sontak berteriak membela sambil berkata ; itu budaya kita"

       Banyak di kalangan remaja saat ini menganggap budaya atau tradisi permainan lokal yang dimiliki daerahnya bukanlah suatu hal yang menarik untuk dilakukan. Mereka lebih memilih untuk melakukan aktivitas yang mereka anggap yang jauh lebih mengasyikan  seperti bermain di mall, game elektronik dan hal yang bersifat modern yang jauh dari budaya yang bersifat tradisi. Padahal permainan modern saat ini lebih kepada aktivitas yang statis, pemain hanya cenderung duduk diam dapat merugikan berdampak buruk kepada tubuh dan membutuhkan biaya yang cukup besar serta menyita waktu.



 Contoh salah satu aktivitas permainan modern,
Game Online yang diminati kalangan remaja



      Permainan modern bukanlah suatu hal yang haram atau tidak baik untuk dilakukan, tapi hendaknya dilakukan dengan pengawasan dari orangtua langsung. Perlunya kontrol langsung dari orang tua diharapkan dapat menetralkan sedikit pengaruh dari akibat permainan ini.

 Salah satu contoh perlunya pengawasan orang tua
dalam mengawasi anak dalam bermain games online


       Miris memang, di zaman era globalisasi ini dimana seluruh informasi dan teknologi terus berkembang secara cepat, setiap harinya selalu muncul inovasi dan kreasi sementara budaya lokal  kian terpinggirkan dan tergerus oleh hal-hal negatif akibat dari pengaruh globalisasi tersebut. Globalisasi memang menjadi suatu hal yang kontradiktif, di satu sisi kita merasa diuntungkan dengan adanya globalisasi, dimana tak ada lagi batasan dalam hal informasi dan teknologi dan sisi lain globalisasi ini berdampak negatif terhadap kebudayaan atau budaya yang kita miliki yang telah lama mengakar pada jati diri daerah selama ini. Jambi merupakan daerah yang sedang membangun menuju proses kedewasaan dalam pola berpikir dan memahami konsep budaya. Namun, alangkah lebih baik lagi jika kita menyadari dan melakukan perpaduan yang baik dan positif, serta menggunakan budaya dan kearifan lokal sebagai filter dalam menjaring masuknya pengaruh budaya-budaya asing dari pihak luar. Sehingga diharapkan akan terwujudnya akulturasi budaya yang selaras serta seimbang dalam kehidupan. Dan terciptanya kembali eksistensi budaya lokal yang berjaya di daerah sendiri.






"Save our Heritage, Save Traditional Games"




Sumber gambar : Google,
                           http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

Muhammad Firmansyah
April 2012 




 

Komentar

  1. sepertinya tidak terlambat untuk melestarikan kembali permainan tradisional tersebut. Harafan besar kepada pejuang pendidikan, tidak ada salahnya bila instansi terkait seperti PAUD, TK maupun SD turut andil mengenalkan permainan tradisional pada perserta didik, boleh juga dikemas dalam muatan lokal berbasis “lapangan”. Kita juga generasi dewasa bisa juga memperkenalkan kembali permainan ini kepada adik-adik kita ketika liburan tiba, kasian dengan budaya kita in

    BalasHapus
  2. hmm.... nice artikel..
    eh,kebudayaan katanya salah satu faktor pembentuk karakter pribadi seseorang lho

    BalasHapus
  3. @Mursyal : ok sal, mari lestarikan.
    :)

    @Alex Irfani : thanks mas Alex, iya kebudayaan memilki peranan yg cukup penting, itu salah satu ya.
    :D

    BalasHapus
  4. nice blog and nice article :D
    sampe sekarang saya masih suka main congklak dan engklek. dulu juga suka main injit-injit semut yang lagunya juga lagu daerah Jambi.

    kalau minat baca artikel saya tentang lagu daerah Jambi :D http://ennyluthfiani.blogspot.com/2012/04/mengenal-dan-melestarikan-lagu-daerah.html

    BalasHapus
  5. Terima kasih mba' enny,,

    kalo saya dulu paling sering main patok lele, ,

    Orang jambi ya mba ?

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Kunjungan Perdana dari ane Om...
    Sukses selalu Blognya. :-)

    http://ahmadsubqi1.blogspot.com/
    ane tunggu follow backnya. #12 done. thx

    BalasHapus
  8. nice!!
    mga jambi bisa makin eksis dengan budaya yang dimiliki..amiiinn...

    BalasHapus
  9. nice post! syukurlah gue udah pernah merasakan bermain dengan instrumen-instrumen tradisional yang di sebutkan diatas. kasihan anak2 zaman sekarang, gak bisa merasakan betapa serunya bermain permainan tradisional.

    BalasHapus
  10. Maksih ya buat semuanya yang udah mampir.

    @Annisa : thanks, iya bagi yang pernah ngerasain memang harus bersyukur. Permainan ini kalo sekarang udah sulit di temui.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seminar .... oh Seminar......!!

Jambi, Negeri Kaya Sejuta Potensi