Sayangi Keluarga, Say No to Cigarettes

       Setiap orang tentunya memiliki hoby yang berbeda-beda. Kebanyakan dari mereka menganggap hoby yang mereka geluti telah menjadi gaya hidup yang tak bisa dipisahkan dari keseharian. Rokok dan merokok merupakan suatu kebiasaan yang biasanya dilakukan oleh kaum Pria atau kaum tua pada masa lalu. Dan hal ini ternyata tidak berlaku lagi untuk saat ini. Kaum muda bahkan wanita dan anak-anak yang tergolong belum cukup umur untuk mengkonsumsi rokok,  saat ini seakan menjadi hal yang sudah biasa. Mereka menganggap rokok sebagai sesuatu keasyikan dan merokok telah menjadi kebiasaan yang lazim untuk dilakukan saat ini.





 Salah satu contoh, bagaimana rokok telah mewabah ke kalangan anak-anak.


       Anak-anak memang sangat rentan sekali menjadi korban rokok, baik itu menjadi perokok aktif  maupun perokok pasif. Orang-orang yang berada di lingkungan perokok atau yang lebih dikenal dengan perokok pasif memang cenderung sekali terkena dampak yang lebih parah daripada perokok itu sendiri (perokok aktif). Organisasi Kesehatan dunia (WHO) melaporkan satu dari 100.000 orang meninggal karena menjadi perokok pasif. Diperkirakan per tahunnya, 600.000 orang di seluruh dunia meninggal karena perokok pasif. WHO juga menemukan bahwa anak-anak lebih banyak menjadi korban sebagai perokok pasif daripada kelompok usia lainnya, dan sekira 165.000 anak-anak mati per tahun karena itu. Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun, termasuk benzene, carbon monoxide, chromium, cyanide, formaldehyde, lead, nickel, dan polonium. Partikel berbahaya dalam asap rokok dapat melayang di udara selama berjam-jam. Menghirup asap rokok untuk waktu singkat seperti dilakukan perokok dapat mengiritasi paru-paru dan mengurangi jumlah oksigen dalam darah. Sementara menghirupnya berkepanjangan atau menjadi perokok pasif, justru lebih berbahaya. Perokok pasif memang selalu berada di pihak yang  dirugikan, terutama bagi anak-anak yang berada di lingkungan perokok atau di dalam keluarga yang perokok.





        Saat membaca salah satu berita VOA melalui situs voanews. Saya kaget, ternyata Indonesia berada di urutan ke-3 konsumen tembakau atau rokok di dunia setelah Tiongkok dan India, dengan konsumsi 220 milliar batang per tahun. "Lebih dari 43 juta anak di Indonesia itu hidup satu rumah dengan perokok. Padahal anak-anak yang terpapar asap tembakau ini dapat mengalami pertumbuhan paru yang lambat. Kalau dia bayi yah, lebih mudah kena bronchitis, infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan juga asma," demikian kata Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih.
        Setelah membaca Berita tersebut, Saya  kembali teringat dengan salah satu berita beberapa waktu lalu yang sempat heboh di kalangan masyarakat kita, yaitu berita tentang anak kecil yang berumur 6 Tahun yang menjadi perokok aktif, berita ini pun juga beredar di sebuah media sosial Youtube. Dalam tayangan tersebut terlihat anak kecil tersebut berbicara kotor dan sambil menikmati hisapan demi hisapan rokok yang sebenarnya ia belum tahu apa yang dilakukannya itu merupakan sesuatu yang sangat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Kondisi ini turut menjadi perhatian Komisi Nasional Perlindungan Anak. Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi, dalam kasus ini sudah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 80 UU Perlindungan Anak tentang melakukan tindakan kekerasan terhadap anak.Kekerasan yang dimaksud bukanlah penganiayaan secara fisik melainkan kekerasan secara psikologis dengan membiarkan atau mungkin mengajak anak merokok. Orangtua yang membiarkan anaknya yang masih kecil merokok dapat dikategorikan sebagai tindakan kekerasan. Kekerasan terhadap anak terkena sanksi pidana maksimal tiga tahun enam bulan penjara. Melihat hal ini terjadi, siapa yang harus disalahkan ? 
        Orang tua sebagai pihak yang paling dekat dengan anak, sebenarnya memegang peranan penting dalam kehidupan seorang anak, baik psikis maupun mental. Anak-anak melihat sosok orang tua sebagai contoh dan panutan, jika orang tuanya perokok kemungkinan sang anak untuk menjadi perokok cukup besar, karena ia menganggap apa yang ia lakukan sama seperti yang orang tuanya lakukan. Namun, hal ini tidak perlu terjadi dan dapat dicegah, jika orang tua secara sadar dan mulai membatasi kebiasaan merokoknya jika di dalam lingkungan keluarga, dan dalam keseharian.

       Meningkatnya jumlah perokok, terutama perokok di kalangan anak-anak ini bukan tanpa alasan, hal ini disebabkan karena betapa gencarnya iklan dan produk rokok di media massa, baik itu media cetak dan elektronik.  Dan lebih miris lagi, beberapa iklan rokok tersebut tak jarang tertampang di sarana-sarana pendidikan, ibadah dan lainnya. Bahkan, seringkali perusahaan tersebut ikut  terjun sebagai sponsor pada event-event tertentu yang diadakan, misalnya acara Pentas Seni pada sekolah. Memang niatnya membantu, tapi jika dipikir-pikir apa hubungannya Rokok tersebut dengan pentas Seni ? Ironis memang, daerah yang seharusnya  bebas dari kawasan asap rokok maupun media promosi barang-barang tersebut justru menjadi sasaran atau target utama bagi perusahaan dalam mempromosikan produknya.

       Belum lagi, iklan-iklan yang ada di media masa seperti televisi yang memberikan tampilan-tampilan yang menarik dan mampu membuat orang yang melihat seakan terhipnotis dan penuh rasa penasaran untuk mencoba. Contohnya, jika kita membeli dan mengkonsumsi rokok "X" kita seakan menjadi superhero, cool dan hebat. Jika mengkonsumsi rokok "Y" kita jadi sosok yang Smart. STOP !! Ini semua pembodohan bagi konsumen, iklan tersebut tak seharusnya menampilkan visual yang tidak wajar dan mengada-ngada. Seharusnya, dalam menampilkan visual hendaklah yang mendidik, cerdas dan mengajarkan kepada konsumen apa itu rokok dan bahaya merokok ? Apa anda berani Produsen ? Apa takut rugi ? 

 Salah satu contoh Gambar Bahaya Merokok pada bungkus rokok. 

       Rugi !! Yap...itulah mungkin alasan produsen, mengapa tidak menampilkan visual apa bahaya merokok pada iklan-iklan di televisi, dan hanya membuat beberapa potongan kecil tulisan/kalimat mengenai bahaya merokok pada bungkus rokok. Saran saya, seharusnya produsen hendaknya lebih berani dalam menampilkan visual bahaya merokok,terutama pada bungkus rokok tersebut, tampilkan gambar-gambar betapa ruginya kalau kita merokok, rusaknya paru-paru, memburuknya organ-organ pernapasan dan yang lainnya. Karena, misalnya seseorang hendak membeli atau mengkonsumsi rokok, ia setidaknya tahu dan secara sadar apa yang dikonsumsinya tersebut merupakan sesuatu yang sangat merugikan dan apa yang ia lihat pada bungkus rokok tersebut  itulah dampaknya nanti. Ia tidak lagi terobsesi dengan apa yang ia lihat atau divisualisasikan produsen rokok pada iklan di televisi.

Selain Produsen, konsumen juga hendaknya lebih pintar dan bijak dalam membuat pilihan. Konsumen juga harus cerdas dan tahu apa itu rokok dan betapa ruginya merokok. Berikut beberapa fakta dan  visualisasi mengenai bahayanya rokok dan dampak  merokok :

  • Kematian akibat rokok 20 kali lebih dari narkoba
  • Merokok memendekkan umur 21 tahun. Artinya : (Seseorang yang tidak merokok diharapkan hidup 83    Tahun,  Orang yang sama akan hidup 62 Tahun bila merokok).
  • 1 dari 4 perokok mati muda premature (Dini = muda)
  • Dampak negatif merokok tidak hanya membahayakan paru-paru, jantung, dan saluran pernapasan. Kebiasaan merokok menurut penelitian bisa merusak jaringan tubuh lainnya. Belasan penyakit yang berkaitan dengan penggunaan tembakau bahkan mencakup pneumonia (radang paru-paru), penyakit gusi, leukemia, katarak, kanker ginjal, kanker serviks, dan sakit pada pankreas. Penyebabnya karena racun dari asap rokok menyebar ke mana-mana melalui aliran darah. Merokok dapat mengakibatkan penyakit di hampir setiap organ tubuh.


Akibat dari Merokok


  • Nikotin yang dikandung dalam sebatang rokok bisa membuat jantung Anda berdebar lebih cepat dan meningkatkan kebutuhan tubuh Anda akan oksigen. Asap rokok juga mengandung karbon monoksida yang beracun. Zat beracun ini berjalan menuju aliran darah dan sebenarnya menghalangi aliran oksigen ke jantung dan ke organ-organ penting lainnya. Nikotin dapat mempersempit pembuluh darah sehingga lebih memperlambat lagi aliran oksigen. Itu sebabnya para perokok memiliki risiko terkena penyakit jantung yang sangat tinggi.
       Bagaimana pendapat anda melihat Visual tersebut, Mengejutkan bukan ? Ya itulah kenyataannya  dampak dan bahaya merokok, Suatu kebiasaan buruk yang sangat merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, jika semua pihak  secara sadar untuk mulai berhenti merokok, menyadari betapa pentingnya kesehatan diri sendiri, keluarga, dan orang lain. tak terkecuali pada pada pengusaha atau produsen hendaknya  "Sadar Diri" dengan tidak melakukan promosi pada ruang-ruang atau sarana publik seperti  sekolah-sekolah, sarana ibadah dan lainnya.  Pemerintah, pihak sekolah harusnya lebih ketat  mengawasi dalam penerapan kebijakan yang berkaitan dengan hal periklanan atau promosi pada ruang-ruang publik. 
 


    SAY NO TO CIGARETTES

                  

                                                                                                                        20 Maret 2012
    Muhammad Firmansyah


    Sumber Gambar : Google dan beberapa Artikel.

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Eksistensi Budaya Lokal di Kalangan Remaja

    Seminar .... oh Seminar......!!

    Jambi, Negeri Kaya Sejuta Potensi